Bawang putih (Allium sativum; bahasa Inggris: garlic)
adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang
dihasilkan.[1][2] Mempunyai sejarah penggunaan oleh manusia selama lebih dari
7.000 tahun, terutama tumbuh di Asia Tengah,[3] dan sudah lama menjadi bahan
makanan di daerah sekitar Laut Tengah, serta bumbu umum di Asia, Afrika, dan
Eropa. Dikenal di dalam catatan Mesir kuno, digunakan baik sebagai campuran
masakan maupun pengobatan.[4] Umbi dari tanaman bawang putih merupakan bahan
utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia.
Bawang mentah penuh dengan senyawa-senyawa sulfur,
termasuk zat kimia yang disebut alliin yang membuat bawang putih mentah terasa
getir atau angur.[5][6]
Manfaat
Bawang putih digunakan sebagai bumbu yang digunakan
hampir di setiap makanan dan masakan Indonesia. Sebelum dipakai sebagai bumbu,
bawang putih dihancurkan dengan ditekan dengan sisi pisau (dikeprek) sebelum
dirajang halus dan ditumis di penggorengan dengan sedikit minyak goreng. Bawang
putih bisa juga dihaluskan dengan berbagai jenis bahan bumbu yang lain. Dan
juga dapat digunakan sebagai obat penyakit kutil, caranya : keprek bawang putih
( jangan sampai halus ) lalu tempelkan pada kutil dan ikat yang kuat dengan
kain atau plester tunggu sampai 30 menit, jangan terlalu banyak bergerak, maka
kulit akan panas dan kutil akan menghitam. Besoknya anda terbebas dari
kutil.[butuh rujukan]
Bawang putih mempunyai khasiat sebagai antibiotik
alami di dalam tubuh manusia.[butuh rujukan]
Efek samping dan toksikologi
Bawang putih diketahui dapat menyebabkan bau mulut
(halitosis) dan bau badan, yang digambarkan sebagai "bau bawang" yang
menyengat. Hal ini disebabkan oleh allyl methyl sulfide (AMS). AMS adalah
cairan volatil yang diserap ke dalam darah selama metabolisme senyawa sulfur
yang berasal dari bawang putih; dari darah, zat itu kemudian mengalir ke
paru-paru[2] (dan dari sana menuju ke mulut, menyebabkan bau mulut; lihat nafas
bawang putih). Zat ini juga terakumulasi di kulit, di mana ia dipancarkan
melalui pori-pori kulit. Mencuci kulit dengan sabun hanya akan menghilangkan
sebagian dan tidak sempurna untuk menghilangkan bau. Studi telah menunjukkan
bahwa meminum susu pada saat bersamaan dengan mengkonsumsi bawang putih dapat
secara signifikan menetralisir bau mulut.[7] Mencampur bawang putih dengan susu
di mulut sebelum menelan mengurangi bau lebih baik daripada meminum susu
sesudahnya.[7] Air putih, jamur dan kemangi juga bisa mengurangi bau; Campuran
lemak dan air yang ditemukan dalam susu, bagaimanapun, adalah yang paling
efektif.[7]
"Lipatan" hijau dan kering di bagian tengah
siung bawang putih biasanya lebih berbau tajam. Senyawa belerang allicin, yang
dihasilkan saat bawang putih segar dihancurkan atau dikunyah juga menghasilkan
senyawa belerang lainnya: ajoene, allyl polysulfides, dan vinyldithiin.[2]
Bawang putih tua mengandung sedikit allicin, namun mungkin memiliki beberapa
zat aktif karena adanya S-allylcysteine.
Beberapa orang menderita alergi bawang putih terhadap
bawang putih dan spesies lain dari genus Allium.[2] Gejala bisa termasuk
iritasi usus, diare, ulserasi mulut dan tenggorokan, mual, kesulitan bernafas,
dan dalam kasus yang jarang terjadi, anafilaksis. Pasien sensitif bawang putih
menunjukkan tes positif terhadap disulfida, allylpropyldisulfide,
allylmercaptan dan allicin, yang semuanya ada pada bawang putih. Orang-orang
yang menderita alergi bawang putih seringkali peka terhadap banyak tanaman
lainnya, termasuk bawang merah, daun bawang, leek, bawang merah, lili kebun,
jahe, dan pisang.
Beberapa laporan luka bakar serius akibat penggunaan
bawang putih topikal untuk berbagai keperluan, termasuk penggunaan naturopati
dan perawatan jerawat, menunjukkan bahwa penggunaan bawang putih harus
dilakukan dengan hati-hati, biasanya dengan menguji area kecil kulit
menggunakan sedikit konsentrasi bawang putih.[8] Atas dasar banyaknya laporan
tentang luka bakar tersebut, termasuk luka bakar pada anak-anak, penggunaan
bawang putih mentah mentah, serta penyisipan bawang putih mentah ke dalam
rongga tubuh, tidak dianjurkan. Secara khusus, aplikasi topikal bawang putih
mentah untuk anak kecil tidak dianjurkan.[9] Efek samping suplementasi bawang
putih jangka panjang sebagian besar tidak diketahui, dan tidak ada penelitian
yang disetujui FDA telah dilakukan. Kemungkinan efek sampingnya meliputi
ketidaknyamanan gastrointestinal, berkeringat, pusing, reaksi alergi,
pendarahan, dan penyimpangan menstruasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar